forsythea

slight nsfw

Soojin menaruh ponselnya kembali sesaat setelah mengirim pesan kepada sang Ayah. Omega itu kini mengalihkan pandangannya pada Soeun yang sedang menonton televisi, kanal yang ia lihat adalah kanal khusus kartun. Sangat fokus sampai tidak menyadari bahwa berita tentang hubungan mereka sudah dipublikasikan oleh media, mengundang banyak pro dan kontra.

Read more...

Pesta meriah pernikahan antara Jimin dan Jaehee itu dipenuhi banyak orang walaupun kedua mempelai hanya mengundang keluarga dan teman dekat saja, tapi pada kenyataannya taman outdoor itu tetap dipenuhi banyak tamu yang kini sedang memberi selamat kepada kedua mempelai atau hanya sekadar mengobrol karena sudah lama tidak bertemu kawan mereka.

Read more...

sexual tension, marking, kissing.

Suara lift terbuka terdengar oleh Soeun yang menonton televisi di ruang tengah. Ia tahu siapa yang datang maka dari itu alpha tersebut sama sekali tidak menoleh ke belakang dan hanya fokus pada tayangan yang ada di hadapannya. Feromon lavender mulai menyeruak memenuhi satu ruangan tatkala Soojin melangkahkan kakinya ke dalam sana.

Omega itu langsung duduk di pangkuan Soeun tanpa meminta izin terlebih dahulu. Ia menenggelamkan wajahnya di leher sang Alpha, menghirup feromon angin laut yang keluar dari sana.

Read more...

Sudah satu bulan yang lalu semenjak Soojin mengalami kejadian buruk yang tidak pernah mau ia ingat tersebut. Kejadian yang kerap kali membuatnya selalu waspada setiap di kelilingi oleh alpha selain Soeun, kekasihnya.

Ah, kekasih, ya? Sekarang ia bisa memanggil Soeun sebagai kekasih atau lebih tepatnya adalah mate.

Read more...

Beberapa menit setelah mencari keberadaan Soojin, akhirnya Soeun tahu ada di mana omega tersebut. Kini ia berdiri di depan pintu kamar mandi, diam mendengarkan tangisan kecil dari dalam sana.

Kedua tangan Soeun mengepal, ia merasa menjadi manusia gagal tidak melindungi Soojin. Soeun gagal menjadi seorang alpha, gagal menjadi seorang teman. Tiap detiknya, gadis bermarga Park itu bisa mencium feromon lavender Soojin yang semakin lama, semakin menandakan bahwa gadis itu sedang sedih, takut, semua emosinya bercampur menjadi satu.

Read more...

sexual assault

Saat pertama kali menginjakan kaki di parkiran restoran mewah tersebut, omega itu gemetar bukan main karena dirinya sendiri takut menghadapi ayahnya sekarang, ditambah ditemani tiga orang asing bernotabene seorang alpha.

Lee Soojin ingin lari saat itu juga, menjauh pergi dan meninggalkan kehidupannya yang bergelimang harta demi memiliki hidup yang biasa saja.

Read more...

mention of rape, violence.

Soojin mengunci ponselnya sesegera mungkin setelah ia melihat ayahnya masuk dan menaruh tas kerja juga menggantungkan jasnya di standing hanger dekat pintu.

Mereka berdua ada di rumah sekarang, hanya saja lebih tepatnya di ruang kerja ayahnya, tepat di sebelah kamar alpha berferomon mahogani tersebut.

Read more...

Pagi itu Soojin terbangun dengan Soeun berada di atasnya. Kepala sang Alpha terbaring di dada Soojin, sedangkan sebagian badannya berada di kasur juga tubuh sang Omega. Ia menatap lekat alpha tersebut, menyingkirkan poni yang menutupi sebagian wajahnya.

“Aw,” rintihnya sambil memegang kepala. Efek dari alkohol yang membuatnya mabuk tadi malam masih terasa, Soojin juga lupa apa yang terjadi setelah spontaneous heat-nya terpicu.

Read more...

Alasan Soojin ikut meeting dengan ayahnya adalah agar ia berhenti memikirkan Soeun dan kejadian beberapa hari yang lalu yang membuat dirinya tidak bereaksi pada apa pun setelahnya.

Seperti ketika ayahnya membicarakan rencana pernikahannya dengan Heesung atau soal perusahaan mereka, Soojin akan menganggukan kepala atau mengiyakan saja dengan ekspresi datar agar semuanya cepat selesai.

Kejadian itu membuat Soojin terus berpikir bahwa menjauh dan menghilang selamanya dari Soeun adalah pilihan terbaik. Namun, hati kecil dan sisi omeganya selalu berkata jangan. Ia tahu dari lubuk hatinya yang paling dalam bahwa dirinya masih jatuh cinta pada alpha bermata monolid itu.

Seperti di kalimat awal, Soojin ikut dengan ayahnya agar berhenti memikirkan Soeun. Namun, kenyataannya berbanding terbalik dengan ekspektasinya selama di perjalanan.

Meeting yang ia kira hanya dengan perusahaan biasa, kemungkinan bertemu dengan Soeun pun pasti 0% itu runtuh.

Soojin kini menginjakan kakinya di lobi utama perusahaan milik Chaerin, mantan Soeun dulu. Bagaimana ia bisa yakin Soeun ada di sini? Mudah, gadis alpha itu ada di hadapannya sekarang, berdiri di samping Chaerin memegang sebuah ipad di tangannya.

Keduanya tentu saja terkejut bukan main dan berakhir tidak saling sapa ataupun lihat. Soojin menatap lantai dan Soeun menatap layar ipad di hadapannya.

“Senang sekali bertemu dengan Anda, Tuan Lee.”

Chaerin mengulurkan tangannya, berusaha berjabat tangan dengan ayah Soojin dan disambut hangat oleh beliau.

“Senang juga bertemu dengan direktur muda sepertimu,” balasnya sebelum menatap ke arah Soeun.

Merasa dirinya ditatap oleh alpha lain membuat Soeun mendongak menatap balik Tuan Lee dan siapa sangka, alpha berferomon mahogani tersebut tersenyum manis. Chaerin pun memutuskan untuk mengantar mereka ke ruang meeting karena yang lain sudah menunggu.

Di luar ruangan sebelum masuk, Chaerin berhenti dan berkata pada Soeun, “Kamu balik ke ruanganku bisa gak? Takutnya ada yang nelpon soal meeting berikutnya.”

“Ah, oke. Gapapa,” jawab Soeun dengan senyuman.

Soojin iri. Iri karena senyuman itu akhirnya Soeun berikan pada omega lain, pada omega yang dahulu memiliki hubungan dengannya.

“Nanti makan siang bareng, ya?”

Mendengar itu Soeun hanya bisa mengiyakan dan Soojin sekali lagi menahan dirinya. Ia harus mengingat perkataan Jaehee bahwa dirinya bukan siapa-siapa.

“Soojin ikut?” tanya sang Ayah. Tentu saja ia tidak mau berkeliaran di gedung perusahaan orang atau harus bersama Soeun di luar ruangan sampai meeting selesai.

Lagipula, sang Ayah menepati janjinya. Ia tidak akan melakukan hal aneh lagi ketika bertemu dengan Soeun jika Soojin mau ikut segala urusan perusahaannya. Alpha itu menepati janjinya dan untuk Soojin, itu sudah cukup.

“Ikut, ayo. Nanti yang lain nunggunya lama,” kata omega itu sambil berjalan masuk ke dalam ruangan, disusul oleh sang Ayah yang mengekor di belakang.

Chaerin? Ia menoleh pada Soeun yang kini diam menatap punggung Soojin yang perlahan menghilang dari pandangannya.

“Semoga meeting-nya lancar,” ujar Soeun dengan senyuman ketika dirasa Chaerin memperhatikannya.

Alpha itu pun melangkahkan kakinya pergi dari area sana dan menuju ruang asisten milik Chaerin, meninggalkan omega berferomon cherry blossom itu diam.

Setelah beberapa jam, meeting pun selesai, semua keluar dengan wajah sumringah yang rasanya mereka seperti berhasil menguasai dunia, kecuali Soojin tentu saja. Ia keluar ruangan dengan ekspresi wajah biasa saja, bahkan bisa dibilang tanpa ekspresi sama sekali.

Di luar, ia melihat Soeun langsung menghampiri Chaerin dan memberitahu beberapa meeting juga pertemuan berikutnya dengan pengusaha lain. Chaerin menganggukan kepalanya, mengerti.

Dalam perjalanan menuju lobi, sang Ayah tiba-tiba berjalan lebih cepat dan kini menyesuaikan langkah kaki dengan Chaerin, hendak membahas sesuatu yang penting. Hal itu membuat Soeun melambatkan langkahnya dan kini berjalan di samping Soojin.

Keduanya diam, memilih untuk mendengarkan percakapan dua direktur yang terdengar begitu penting.

Degup jantung Soojin berdetak kencang dari biasanya karena dirinya hendak mengatakan sesuatu pada alpha tersebut, hendak memanggil namanya ketika Soeun bersuara lebih dulu, “Tidak.” Membuat omega itu kembali diam dan melayang dalam pikirannya.

“Saya harap ini akan menjadi kemajuan yang besar bagi kita berdua,” ujar Tuan Lee sambil berjabat tangan dengan Chaerin.

“Tentu saja, Tuan Lee,” balas omega itu.

Dua insan bermarga Lee itu hendak melangkahkah kaki mereka pergi dari gedung tersebut tapi berhenti ketika Soeun memiliki pertanyaan yang membuat Soojin semakin mengutuk dirinya.

“Apa itu anak Anda? Apa dia akan menjadi penerus Lee Enterprise?”

Tuan Lee tentu saja heran mendengar pertanyaan itu, tentu ia tahu bahwa mereka berdua adalah teman sedari kecil tapi pertanyaan Soeun ini mengundang beribu pertanyaan pada dirinya.

“Iya, anak saya. Dan, ya, dia akan meneruskan perusahaan saya.”

“Namanya?”

Bunuh. Soojin. Sekarang.

“Lee Soojin.”

Soeun tersenyum ramah, senyuman yang biasanya Soojin artikan sebagai senyuman palsu.

“Semoga semuanya berjalan dengan baik, ya. Salam kenal, kak Soojin.”

Omega itu mengepalkan kedua tangannya, emosinya bercampur menjadi satu mendengar ucapan Soeun yang terakhir. Seakan menunjukan bahwa alpha berferomon angin laut itu tidak pernah mengenal dirinya seumur hidup dan ini adalah pertama kalinya mereka bertemu.

“Makasih, ya, udah nganterin aku,” ujar Soeun. Senyumannya terukir di wajah ketika melihat Chaerin tertawa kecil.

“Santai aja!! Lo bisa mulai kerja besok atau besoknya atau besok besoknya lagi juga gapapa.”

Soeun mengiyakan sebelum akhirnya Chaerin pamit untuk pulang. Ini adalah hari keberuntungannya. Ia mendapatkan pekerjaan kembali setelah sekian lama dan itu di sebuah perusahaan milik mantannya. Ya, Soeun tidak masalah. Chaerin sendiri juga bilang kalau dia udah punya alpha tapi di negara lain.

Han Chaerin adalah mantannya dulu sewaktu masih kuliah, tentu saja ketika hubungannya dan Soojin memburuk. Soeun berusaha mengalihkan perhatiannya pada omega lain tetapi selalu gagal waktu itu, hingga Chaerin datang dan hampir membuat Soeun lupa akan keberadaan Lee Soojin di dunia.

Walau akhirnya hubungan mereka harus kandas karena Soeun masih memikirkan Soojin. Bahkan sesekali ia melihat Chaerin sebagai Soojin setiap kali pergi kencan.

Soeun berjalan masuk ke gedung apartemennya dan melihat pesan dari Soojin. Ia kira omega itu akan berterima kasih karena telah membantunya tetapi setelah pesan tersebut dibaca, Soeun salah besar.

Ia menarik napas dalam kemudian berlari menuju kamar apartemennya, merasa bahwa omega bermarga Lee itu ada di sana dengan perasaan penuh amarah. Dan benar saja, ketika Soeun membuka pintu, yang ia lihat pertama kali di pandangannya adalah Soojin menatapnya tajam, berdiri di dekat jendela.

“S-Soojin.. Hai.”

Gugup, Soeun tidak tahu harus apa ketika Soojin menatapnya seperti itu, seakan ingin mengamuk meratakan kota yang mereka tinggali sekarang ini.

“Enak ketemu mantan? Suka, ya? Gimana kencannya?” tanya Soojin. Tatapannya masih sama, namun kini kedua tangannya menyilang di dada.

“Hah? Aku kan bilang kalau aku wawancara buat kerja,” jawab Soeun heran.

“Sama mantan?”

“Astaga, Soojin. Terus kenapa sih kalau sama mantan? Lagian aku gak ngapa-ngapain.”

Defensif, itu yang Soeun lakukan sekarang. Berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada Soojin dan meluruskan semua kesalah pahaman ini. Namun, Soojin ya Soojin. Omega itu dari dulu memang posesif soal Soeun, merasa bahwa Soeun adalah satu-satunya alpha miliknya seorang.

“Gak ngapa-ngapain tapi kenapa feromon dia nempel di kamu? Madu?” Soojin berjalan mendekat dan kini berdiri di hadapan alpha bermarga Park tersebut. “Gue berusaha buat beresin semuanya, buat ngomong sama ayah soal kita dan di sini lo pergi sama omega lain yang ternyata mantan lo dulu.”

“Soojin—”

“Lo benci kan sama gue? Marah kan karena perlakuan gue selama ini ke lo? Terus ini cara lo bales dendam, iya kan?”

“Lee Soojin—”

“Lo mainin gue. Bikin gue berhenti denial soal lo abis itu ninggalin gue dan balikan sama Chaerin, begitu rencana lo?”

Soeun diam. Kedua tangannya mengepal mendengar ucapan Soojin saat itu.

“Jawab Soeun. Lo benci gue dan ini cara lo bales dendam kan? Lo gak pernah sayang gue semenjak kejadian di resto, iya, kan? JAWAB PARK SOEUN!!”

“STOP, STOP!! BERHENTI DI SITU, SOOJIN!!”

Nada bicara Soeun meninggi, lebih tinggi dari biasanya ia marah. Yang ini membuat Soojin terdiam mematung, menatap Soeun dengan tatapan takut.

“Gue gak pernah mikir buat nyakitin lo, mainin lo, atau bahkan balikan sama Chaerin. Enggak, Soojin. Gue pure wawancara sama dia karena gue butuh KERJA! Kerjaan gue ilang karena bokap lo, gue kalau gak kerja dapet duit dari mana? Enggak kayak lo yang duduk diem di rumah aja dapet duit, gue harus banting tulang buat makan sehari-hari, Soojin..”

“Kalau lo mikir gue marah, gue benci dan bahkan pengen bales dendam sama lo, IYA!! Gue pengen ngelakuin itu tapi gak pernah bisa. Gue gak pernah bisa karena gue sesayang itu sama lo. Lo nyakitin gue pun gue gak peduli dan bahkan masih berharap soal hubungan kita,”

“Salah banget ya gue ketemuan sama mantan perkara wawancara doang? Lo sendiri emang apa, Soojin? Bilang mau jadi heat partner tapi besoknya langsung bilang ke followers lo kalau lo tunangan sama anak direktur sebelah. Salah ya? GUE LAGI YANG SALAHKAH DI SINI?!”

Soojin diam. Feromon Soeun yang kini menjadi kayu bakar pun membuatnya hanya bisa diam, terlalu kuat bahkan dirinya bisa saja pingsan jika terus-menerus mencium feromon alpha yang sedang emosi itu.

“Gue gak mau adu nasib tapi pernah gak lo di posisi gue? Gue capek, Soojin. Capek. Lo gak tau tiap hari gue curhat ini itu ke Jiyoon sama Monday, nangis tiap malem soal gue yang nurut aja sama keputusan bokap lo dan lo sendiri. Bertahun-tahun gue hidup biasa aja gak ada masalah tapi abis itu lo dateng, nawarin gue jadi heat partner lo dan bawa segudang masalah ke kehidupan gue. Udah Soojin, udah.. gue yang capek di sini. Gue yang selalu ngalah karena gue gak punya kuasa kayak lo,”

“Jangan kayak anak kecil, Soojin. Kalau lo emang sayang sama gue, harusnya lo percaya kalau gue tetep milih lo terus. Lo gak perlu khawatir soal omega atau beta yang godain gue tiap harinya, gak usah khawatir karena gue milik lo seutuhnya. Bahkan sedari kecil gue itu milik lo,”

“Soeun—”

“Udah, ya? Aku minta istirahat dulu, aku minta tolong sama kamu sekarang buat jauhin aku dulu. Aku capek, Soojin.”

Omega itu merasakan bahwa feromon Soeun kembali berganti menjadi angin laut, menandakan bahwa alpha itu sudah sedikit tenang.

“Park So—”

“Aku minta tolong, Soojin. Keluar, aku mohon. Tolong keluar,” pinta Soeun. Ia menundukan kepalanya, tak berani menatap Soojin.

Dengan langkah yang lunglai, Soojin perlahan keluar dari apartemen Soeun dan ia bisa mendengar setelah pintu dikunci, alpha itu menangis dibalik pintu. Dari tangisannya seperti orang yang berkali-kali disakiti tapi tetap memilih untuk tersenyum, menahan tangisnya hingga semuanya tak terbendung.

Soojin? Air matanya juga menetes, ia menangis namun dalam diam. Inikah yang Soeun rasakan dahulu ketika sang Ayah menyuruh Soeun untuk tidak menemui Soojin lagi, untuk menjauh selamanya dari kehidupan omega tersebut.

Kini yang memintanya pergi menjauh untuk sementara adalah Soeun sendiri. Alpha yang ia suka dan cintai sedari dulu.

I'm sorry, I'm sorry...” gumam Soojin dengan suara yang lirih. Ia menahan tangisnya sambil berjalan keluar dari apartemen Soeun, meninggalkan alpha yang sedang menangis di balik pintu.