Tentang Angin Laut

Pagi itu Soojin terbangun dengan Soeun berada di atasnya. Kepala sang Alpha terbaring di dada Soojin, sedangkan sebagian badannya berada di kasur juga tubuh sang Omega. Ia menatap lekat alpha tersebut, menyingkirkan poni yang menutupi sebagian wajahnya.

“Aw,” rintihnya sambil memegang kepala. Efek dari alkohol yang membuatnya mabuk tadi malam masih terasa, Soojin juga lupa apa yang terjadi setelah spontaneous heat-nya terpicu.

Ia ingat sebenarnya walau pun samar. Seperti Soeun yang menatapnya tajam, menyuruhnya untuk memilih minum supresan atau dipanggilkan alpha lain, dan ketika mereka melakukan ...

Soojin menutup wajahnya dengan tangan, malu disaat berhasil mengingat bahwa malam itu ia klimaks setidaknya sebanyak empat atau lima kali oleh Soeun. Ia membawa tangan kanannya ke leher, mengelus area itu dan masih bisa merasakan tangan besar sang Alpha melingkar di sana, mencekiknya.

“Mmh, Soojin..”

Mendengar igauan Soeun, sang Omega diam dan kembali menatapnya yang tertidur sangat pulas. Bagaimana tidak, semalam Soojin benar-benar membuat Soeun kehilangan kontrol atas dirinya sendiri. Memicu spontaneous rut-nya, bahkan membuat Soeun marah karena pergi ke kelab sendirian.

Degup jantungnya berdetak kencang perlahan. Soojin selalu menginginkan hal ini dari dulu; Soeun yang tertidur lelap di atasnya dengan damai.

Ini tentang seorang gadis bernama Park Soeun. Alpha yang berbeda dari lainnya. Kehadirannya bisa sesejuk angin laut, namun bisa juga sepanas kayu yang dibakar. Seorang alpha yang mampu membuat Soojin jatuh cinta acap kali ia melakukan sesuatu.

Hari itu mereka berdua bermain di kamar Soojin, walau awalnya hendak belajar bersama karena tugas yang diberikan guru sangat susah, tapi kali ini mereka sedang menggambar di belakang buku milik Soeun.

“Kamu gak pernah bilang kalau bisa gambar,” ujar Soojin yang sibuk memerhatikan alpha di sampingnya yang sedang mencoret-coret buku.

“Enggak! Aku diajarin sama Jiyoon,” jawabnya dengan senyuman.

“Gak mau belajar? Tugasnya dianggurin terus nanti gak selesai.”

Soojin menatap beberapa buku yang menumpuk di kasur dengan tatapan khawatir, sedangkan Soeun hanya terkekeh kecil mendengarnya.

“Santailah, masih lama ini kan ngumpulinnya.”

“Kita udah SMP, Soeun. Harusnya tau tanggung jawab, ihh, kamu tuh!” tukas sang Omega kesal, ia memukul lengan Soeun pelan, membuat alpha itu tertawa sekali lagi.

“Iya, iya. Aku ambil minum dulu tapi ke bawah.”

Mendengar itu, Soojin langsung mengiyakan. Soeun beranjak dari posisi duduknya, keluar dari kamar omega berferomon lavender itu untuk mengambil segelas air mineral. Rumahnya begitu besar dan luas, bahkan waktu pertama kali main di sana, Soeun hampir tersesat jika tidak dibantu oleh pelayan rumah.

Soeun kembali ke kamar setelah mengambil dua gelas berisi air mineral, tetapi setelah pintu terbuka, yang ia temukan pertama kali adalah Soojin yang merengek di lantai sambil meringkuk. Feromonnya ada di seluruh ruangan, membuat Soeun yang memegang nampan pun melepaskan benda tersebut. Gelas pun pencah, airnya mengalir ke sekitar.

Feromon Soojin begitu kuat, Soeun sendiri tidak bisa mengontrol dirinya. Ia perlahan mendekat, berusaha menggapai omega yang sedang dalam keadaan rentan tersebut. Tatapannya yang sayu dan erangannya yang memanggil nama Soeun berkali-kali membuat alpha itu gemetar.

“Soojin..” panggil Soeun lirih. Tangan kanannya mengelus lembut pipi sang Omega dan hal itu mengakibatkan ia bersandar pada tangan Soeun.

“Soeun.” Mendengar namanya dipanggil dengan nada seduktif dan juga kerah bajunya ditarik oleh Soojin, membuat Soeun diam. Ia mengikuti insting dan kemauan sang Omega. Soeun bisa merasakan deru napas Soojin saat itu, sedikit lagi sampai bibir mereka bersentuhan.

Sampai ayah Soojin datang lalu menarik Soeun kasar, memisahkan mereka berdua. Soeun yang masih kecil saat itu dengan mudahnya ditarik dan membuat punggung alpha itu sedikit berbenturan dengan tembok, menghasilkan rintihan kesakitan.

“Soeun.. Soeun,” panggil Soojin berkali-kali ketika ia dibawa ke dalam kamar mandi di sana lalu dikunci, membiarkan omega itu merengek dan menangis kesakitan, memanggil sang Alpha.

“Pergi.” Suara Tuan Lee saat itu begitu dingin dan menusuk, bahkan sebagai alpha sendiri Soeun hampir tidak bisa bernapas menghirup feromon mahogani yang begitu kuat.

“Om, saya—”

“PERGI DARI SINI DAN JANGAN PERNAH TEMUIN SOOJIN LAGI!!” bentaknya. Iris mata alpha di hadapannya itu berwarna kuning keemasan, melihatnya saja Soeun takut.

“Jangan pernah datang ke sini atau temuin Soojin lagi, JANGAN!! Kamu didiemin malah ngelunjak, ya. Bersyukur saya ngasih kesempatan kamu buat masih main dan temenan sama Soojin ketika tau kamu itu alpha perempuan, tapi kalau kayak gini..” Tuan Lee diam untuk beberapa detik, berusaha mengontrol emosinya tetapi mustahil. “Kalau kayak gini saya gak akan sudi kamu jadi mate Soojin.”

Soeun diam mendengarnya. Hatinya retak dan hancur saat itu juga.

“Om—”

Enyah dari hadapan saya, Park Soeun.

Alpha tone Tuan Lee membuat Soeun mau tak mau melangkah pergi dari kamar Soojin, keluar dari rumah mewah sang Omega. Sementara Soojin, di dalam kamar mandi, tangisannya semakin kencang ketika mendengar percakapan tersebut. Rintihannya juga sama kencangnya saat merasakan feromon angin laut itu menjauh, pergi dari hidupnya.

Lagi dan lagi, air mata menetes dari sudut mata Soojin ketika mengingat kejadian hari itu. Kejadian di mana itu adalah terakhir kalinya ia bertemu dengan Soeun, menghabiskan waktu bersama. Kini ia menatap Soeun sekali lagi, masih tertidur dengan nyenyaknya.

Sekali saja, biarkan Soojin menangis sepuasnya, memeluk alpha di atasnya ini dengan erat, mengeluarkan semua beban yang ia miliki sebelumnya.

Dan pagi itu Soojin menangis, memeluk Soeun erat dengan wajahnya ia tenggelamkan di leher sang Alpha.

Merasa lehernya basah dan mendengar suara tangisan, Soeun bangun. Ia mengerjapkan matanya beberapa saat sampai tersadar bahwa Soojin menangis sambil memeluknya. Ingat akan kejadian semalam, Soeun bangun dari posisinya lalu menatap omega itu dengan tatapan khawatir, merasa dirinya telah menyakiti Soojin selama melakukan hubungan badan atau ia tidak sadar melakukan knotting.

“Soojin?” tanya Soeun panik, ia hendak memegang pundak sang Omega tetapi niatnya ia urungkan ketika melihat bekas cekikannya di leher Soojin semalam, merah.

Melihat itu Soeun langsung memeluk Soojin erat, menggumamkan kata-kata seperti; maaf, aku terlalu kasar, aku hilang kendali, dan sebagainya.

Soeun melepaskan pelukannya lalu kembali menatap Soojin yang sekarang ini sudah berhenti menangis.

“Hei, hei. Maaf, ya? Maafin aku. Ada yang sakit? Aku kasar banget, ya? Maaf juga udah nyekik kamu, maaf. Aku gak mikir jernih semalem, aku.. aku—”

Ucapan sang Alpha dipotong saat itu juga dengan ciuman. Hanya kecupan kecil agar Soeun berhenti bicara dan mau mendengarkan Soojin kali ini.

Omega itu mengelus bibir alpha di hadapannya dengan ibu jari, sangat lembut, membuat Soeun bergidik dibuatnya.

“Kita bisa ngobrol, kan? Aku mau kita terbuka satu sama lain sekarang,” pinta Soojin. Ia menundukan kepala, tak berani menatap Soeun karena tahu semua ini adalah salahnya.

“Kita obrolin di kamar mandi, kamu pasti masih sakit karena semalem. Berapa kali klimaks?” tanya alpha itu sambil berjalan ke arah kamar mandi, membuka keran air hangat dan membiarkannya mengalir mengisi bathtub.

Soojin diam, berusaha mengingat dan menghitung berapa kali ia klimaks. “Entahlah, gak terlalu inget. Empat mungkin? Atau lima?”

Soeun menganggukan kepalanya. Omega itu turun dari kasur, hendak melangkah tapi rasanya begitu sakit. Peka akan hal tersebut, Soeun menghampiri Soojin lalu menggendongnya dengan gaya bridal. Malu, gadis bermarga Lee itu hanya diam dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher sang Alpha.

Dengan perlahan, Soeun mendudukan Soojin di dalam bathtub, tak lupa juga untuk mematikan keran airnya. Soojin diam ketika Soeun duduk di belakangnya, mengairi tubuhnya perlahan dengan air hangat. Ya, bisa dibilang Soojin duduk di pangkuan Soeun sekarang ini. Di dalam bathtub dan di dalam air.

Kedua lengannya melingkar di pinggang Soojin, memeluk omega itu dari belakang dan ia menyandarkan kepalanya di punggung sang Omega.

Oh, Lee Soojin tidak akan munafik kali ini. Pipinya memerah saat tahu Soeun memeluknya erat dan ia menyukai hal tersebut.

Hening cukup lama, akhirnya Soojin yang membuka percakapan.

“Aku gak mau kehilangan kamu lagi, Soeun.”

Itu yang Soojin ucapkan, tetapi Soeun tetap diam di posisinya, malah ia semakin mempererat pelukannya.

“Aku tau aku salah, aku gak percaya kamu, aku bohongin kamu tapi aku pengen kamu tau kalau aku gak mau kehilangan kamu, lagi. Untuk kesekian kalinya,” lanjutnya. Soojin kini menatap riak air yang dibuat oleh gerakan tangannya.

“Makanya aku marah pas kamu sama Chaerin, makanya aku cemburu pas tau kamu main sama Chaerin karena itu yang sebenarnya aku mau dari dulu.”

Tangan kiri Soojin kini bergerak memegang lengan Soeun yang melingkar di pinggangnya.

“Karena aku mau kita ngelakuin apa yang pasangan biasanya lakuin. Kayak Jaehee sama temenmu, kayak alpha dan omega lain.”

Soeun kini berhenti bersandar pada punggung Soojin, membuat omega itu yang kini gantian bersandar pada dada sang Alpha.

“Bukan cuman kamu doang yang punya pasangan lain biar stop mikirin masing-masing dari kita. Aku juga punya, waktu kuliah kalau gak salah.”

“Cewek?” tanya Soeun berbisik. Ia mengambil sabun cair di samping lalu melumurinya pada badan Soojin perlahan.

“Cowok, tapi ternyata dia gak pernah berhasil bikin aku lupa sama kamu. Ditambah waktu kita masih pacaran, dia selingkuh sama alpha lain. Hal itu yang bikin aku takut untuk mulai satu hubungan lagi, aku takut dikhianatin.”

“Hm, kirain alpha sama alpha cuman mitos doang, beneran ternyata, ya?”

Soojin tersenyum, ia menganggukan kepalanya. Soeun kemudian membasuh badan Soojin yang sudah ia sabuni sebelumnya, perlahan dan dengan lembut, membuat omega itu tenang.

“Aku cuman gak mau kehilangan kamu lagi,” lirih Soojin.

“Aku tau, aku selalu tau tapi lain kali kamu harus percaya sama aku. Aku juga gak akan berpaling dari kamu, Soojin,” jawab Soeun saat itu juga.

“Waktu pacaran sama Chaerin, aku gak pernah nganggep dia jadi dirinya. Aku selalu liat dia sebagai Lee Soojin. Dari feromon cherry blossom dan madunya, sampai cara berpakaiannya dia aku bayangin kalau itu kamu. Makanya Chaerin sampe pernah bilang, waktu kita udah putus ya, kalau aku mantan dia yang paling indah kayak ... gak pernah ada alpha selembut dan se-gentle aku sebelumnya.”

Mendengar cerita Soeun, Soojin tentu saja iri. Ia bisa membayangkan bagaimana Soeun memperlakukan Chaerin ketika mereka masih berpacaran.

“Iri,” gumamnya dengan suara yang kecil tapi Soeun masih bisa mendengar, ia pun terkekeh.

Soeun mengambil shampo kali ini, melumuri sedikit rambut sang Omega lalu meremasnya pelan. Seperti sedang ada di salon, pikir Soojin saat itu.

“Kamu gak harus iri karena setiap kita have sex, entah itu dia heat atau aku rut, kadang aku selalu desahin nama kamu.”

Kali ini pipi Soojin memerah mendengarnya. Tidak mungkin, itu benar-benar keterlaluan sekali.

“Makanya Chaerin minta putus karena dia tau, aku belum bisa lupain kamu,” ujarnya. Soeun kemudian membilas rambut sang Omega dari busa shampo hingga bersih.

“Sekarang, aku cuman minta satu aja dari kamu,” pinta Soeun sambil membalikan badan Soojin agar menghadap padanya dan omega itu bisa menatap dirinya. “Tolong percaya sama aku, bisa?”

Soojin tidak menjawab, ia hanya diam menatap sang Alpha. Namun, tak lama kemudian ia mendekatkan wajahnya, mengecup singkat bibir itu lalu menempelkan dahi mereka bersama dan tersenyum.

“Bisa.”

“Kamu pake baju duluan, gih. Aku mandi dulu abis itu sarapan. Mau sarapan apa?” tanya Soeun sambil mengeringkan badan omega di hadapannya dengan handuk.

Soojin tersenyum, “Apa aja bebas asal Soeun yang masak.”

“Males banget, gombal.”

“Enggak gombal, dih!”

Soeun pun tertawa setelah mendengar protes kecil dari Soojin, begitu pun gadis bermarga Lee itu, ia ikut tertawa dengan Soeun setelah sekian lamanya.