Luka Lama

mention of rape, violence.

Soojin mengunci ponselnya sesegera mungkin setelah ia melihat ayahnya masuk dan menaruh tas kerja juga menggantungkan jasnya di standing hanger dekat pintu.

Mereka berdua ada di rumah sekarang, hanya saja lebih tepatnya di ruang kerja ayahnya, tepat di sebelah kamar alpha berferomon mahogani tersebut.

“Jadi, mau bicarain apa?” tanya sang Ayah, kini duduk di kursi dan langsung membuka laptop yang ada di hadapannya, melihat laporan dan berkas selama ia pergi ke luar kota.

Detak jantung omega itu berdegup sangat kencang. Ini adalah pertama kalinya sang Ayah mau mendengarkan dirinya mengutarakan apa yang ia inginkan sesungguhnya. Soojin harus tenang dan berpikir jernih agar obrolan mereka tidak terbawa emosi dan berakhir buruk.

“Soojin mau pertunangannya dibatalin, bisa?”

Permintaan pertama yang mengundang beribu pertanyaan di benak sang Ayah tetapi beliau enggan menatap putrinya dan memilih fokus menatap layar. Namun, ia tetap balik bertanya pada Soojin untuk mencari alasannya.

“Kenapa?”

Ini dia. Sekarang atau tidak sama sekali. Soojin harus mengungkapkan yang sebenarnya; bahwa ia masih mencintai Soeun, bahwa Heesung juga mencintai omeganya, bahwa mereka berdua tidak ditakdirkan untuk bersama, bahwa Soojin ditakdirkan untuk Soeun.

“Soojin masih sayang sama Soeun.”

Dan kali ini, sang Ayah berhenti menatap layar laptop, mulai memindahkan pandangannya pada Soojin dan menatapnya tajam. Beliau juga menutup sedikit layar laptop, sehingga bisa melihat dengan jelas putri bungsu di hadapannya sekarang ini.

“Ayah udah nurutin kamu buat gak gangguin Soeun kalau ketemu dia, terus sekarang kamu minta pertunangannya dibatalin karena masih sayang sama Soeun? Ayah mau ngomong apa sama mereka, Soojin?”

Nada bicaranya masih terdengar biasa saja di indera pendengaran sang Omega, tetapi ia bisa merasakan bahwa feromon ayahnya semakin kuat tiap detiknya.

“Lagipula Heeseung pernah cerita, dia gak akan pernah suka atau sayang sama aku. Dia udah punya omega lain untuk dikejar, begitu juga dengan aku. Aku punya alpha untuk dikejar, Ayah.”

Tuan Lee memijit pelipisnya, pusing dengan permintaan dan ucapan Soojin yang seperti akan merusak rencana sempurnanya selama ini. Rencana yang akan membuat hidup Soojin bahagia dan aman, pikirnya.

“Soojin, Ayah kasih tau. Soeun gak pantes buat kamu kejar,” kata alpha itu dengan penekanan saat menyebut nama Soeun.

Rasa benci itu masih ada dan terus mengalir di dalam tubuhnya, Soojin tahu. Namun, bagaimana pun juga, omega itu ingin sekali menghilangkan rasa itu dari ayahnya. Soojin ingin ayahnya melihat sisi baik dari seorang Park Soeun dan semua alpha perempuan di dunia.

“Ayah harus stop benci Soeun kalau alasannya masih tetap yang itu, kalau alasannya dia hampir nyentuh aku waktu heat.”

“Tapi itu kenyataannya, Soojin!! SHE WANTS TO TOUCH YOU, SHE ALMOST RAPED YOU!”

Soojin diam ketika ayahnya mulai membentak. Nada bicaranya meninggi dan feromon mahoganinya begitu menyengat di indera penciuman, menutupi seluruh ruangan.

“Ayah, Soeun gak pernah mau nyentuh aku! Soeun bakal diem berdiri di depan pintu kalau aku gak manggil dia!”

Ayahnya diam kali ini. Mendengarkan anak keduanya bercerita tentang apa yang terjadi hari itu, hari di mana ia tidak tahu yang terjadi sebenarnya dan mengambil sebuah kesimpulan secepatnya hanya untuk melindungi Soojin.

“AKU YANG MANGGIL SOEUN, AKU YANG MANGGIL SISI ALPHA DIA BUAT NYENTUH AKU, AKU MAU PARK SOEUN, YAH!!”

Kedua tangannya mengepal, Soojin berusaha menahan tangisnya. Detak jantungnya terus berdegup kencang, ia merasa telah berlari begitu jauh semenjak ia memulai percakapan dengan ayahnya. Sedangkan di sisi lain, Tuan Lee tetap diam, berusaha mencerna ucapan Soojin.

“Aku mau Soeun, Ayah... Aku mau Park Soeun saat itu. Aku udah coba jelasin tapi ayah selalu ngehindar, ayah gak pernah mau dengerin kata-kata aku. Ayah gak pernah mau tau cerita dari kita berdua gimana.”

Nada bicara Soojin mulai melemah. Entah kenapa dirinya perlahan mulai tenang ketika membayangkan Soeun memeluknya dari belakang, berbisik mengatakan, “Pelan, jangan pakai emosi. Ini ayah kamu.”

“Soojin benci waktu ayah ngusir Soeun. Ayah gak tau rasanya gimana dikunci di kamar mandi, dalam keadaan heat, lalu ditinggalin gitu aja tanpa dikasih supresan sama ayah.”

“Apa alasannya? Kasih tau Soojin kenapa ayah gak suka waktu tau Soeun itu alpha? Kenapa ayah misahin kita padahal aku udah ngasih consent buat Soeun waktu itu, aku masih berpikir jernih loh. Aku tau aku heat, makanya aku butuh Soeun karena dia satu-satunya alpha yang aku percaya. Kenapa ayah? Kenapa?”

Hening beberapa saat dan itu dipakai untuk Soojin menenangkan dirinya. Ia berjalan dari kiri ke kanan dan begitu sebaliknya sampai dirinya merasa tenang. Tuan Lee? Beliau masih diam. Menarik napasnya dalam lalu memutuskan untuk buka suara, menjawab pertanyaan anaknya.

“Alpha perempuan adalah alpha yang paling rendah yang ayah pernah temui. Mereka liar, lebih liar dari alpha lelaki, Soojin. Mereka tidak bisa mengendalikan diri mereka jika bersama omega yang sedang heat. Awalnya mereka terlihat manis, tapi kemudian mereka bisa menghancurkanmu dalam beberapa detik.”

“Jangan sok tau, ayah gak tau apa-apa soal alpha perempuan,” sanggah Soojin sambil menatap tajam ayahnya dari sudut mata.

“Ayah tau karena ibumu hampir diperkosa oleh mereka, Soojin. Itu adalah pertama kalinya ayah bertemu ibumu, di dekat sebuah kelab malam. Ia merintih kesakitan, menangis ketika tubuhnya dipukul berkali-kali dan diteriaki dengan kata-kata yang tidak pantas oleh seorang alpha perempuan. Ibumu tidak dalam keadaan heat saat itu, Soojin, tapi ayah tau alpha itu sudah gila.”

Kali ini Soojin yang diam, mendengarkan cerita tentang ibunya yang selalu misterius, bahkan ketika mereka masih bersama dan belum berpisah, Soojin selalu melihat ibunya lebih dekat dengan kakaknya dibanding dirinya.

“Ayah menolongnya, ibumu berterima kasih. Dan disaat itu ayah jatuh cinta, ayah berjanji untuk selalu menjaganya dari semua alpha perempuan yang ada.”

“Hanya alpha perempuankah? alpha lelaki tidak? Stop pukul rata semua orang hanya karena pandangan ayah gitu!”

“Ayah cuman mau lindungin kamu, ayah cuman mau kamu hidup bahagia dan aman, Soojin.”

“AYAH TAU DARI MANA KALAU AKU NIKAH SAMA HEESEUNG AKU BAKAL BAHAGIA?!” bentak Soojin, emosinya sudah tidak terbendung kali ini. “AYAH GAK TAU SEBERAPA BERANTAKANNYA SOOJIN SEMENJAK SOEUN PERGI!”

“Lee Soojin..”

“AYAH GAK TAU SOEUN ITU GIMANA SEBENARNYA, AYAH CUMAN NYIMPULIN DARI SATU KEJADIAN ABIS ITU UDAH, GAK MAU NYARI TAU LAGI YANG SEBENARNYA TERJADI GIMANA!!”

“Soojin.”

“AKU LEBIH KENAL SOEUN DIBANDING SIAPA PUN!!”

Deru napas alpha itu mulai tak terkendali. Ia merasa amarahnya akan memuncak jika anaknya sekali lagi tidak mau mendengarkannya.

“AYAH JANJI SAMA AYAH SOEUN BUAT JAGA DIA DULU TAPI AP—”

Ucapannya berhenti saat itu juga ketika tangan ayahnya melayang, menampar putri bungsunya dengan sangat keras dan berhasil membuatnya diam juga syok.

“Kamu jangan jadi anak kurang ajar, ya. AYAH LAKUIN INI BIAR KAMU GAK DIAPA-APAIN SAMA SOEUN, GAK DISAKITIN SAMA DIA!” bentak sang Ayah, alpha itu kemudian mencengkram kerah kemeja hitam yang Soojin pakai lalu menampar kembali putrinya.

Diseumur hidupnya, Soojin tidak pernah dikasari dan ini adalah pertama kalinya ia ditampar, dua kali, oleh orang yang sebenarnya ia sangat sayangi. Soojin diam dan tidak merespon selama beberapa detik, membuat ayahnya tersadar lalu melepas cengkramannya pada omega itu.

Soojin membenarkan kerah kemejanya lalu menatap ayahnya tajam, “Aku gak akan nikah sama Heeseung, aku mau batalin pertunangannya, dan aku gak akan ambil alih perusahaan sampai ayah ngizinin aku sama Soeun.”

Walau seakan mengatakan pernyataan yang begitu kuat, Tuan Lee bisa melihat putrinya itu gemetar, air matanya menggenang dan bisa saja menetes jika omega itu mengedip.

Setelah dirasa tidak ada yang ingin dibicarakan lagi, Soojin berjalan keluar ruang kerja ayahnya dengan emosi yang bercampur aduk menjadi satu. Tuan Lee bersandar pada meja kerjanya, mengusap wajah kasar lalu menggeram. Apa yang dikatakan istrinya sebelum mereka cerai ada benarnya juga, Lee Soojin lebih mirip dengan ayahnya; keras kepala.