Asing
Alasan Soojin ikut meeting dengan ayahnya adalah agar ia berhenti memikirkan Soeun dan kejadian beberapa hari yang lalu yang membuat dirinya tidak bereaksi pada apa pun setelahnya.
Seperti ketika ayahnya membicarakan rencana pernikahannya dengan Heesung atau soal perusahaan mereka, Soojin akan menganggukan kepala atau mengiyakan saja dengan ekspresi datar agar semuanya cepat selesai.
Kejadian itu membuat Soojin terus berpikir bahwa menjauh dan menghilang selamanya dari Soeun adalah pilihan terbaik. Namun, hati kecil dan sisi omeganya selalu berkata jangan. Ia tahu dari lubuk hatinya yang paling dalam bahwa dirinya masih jatuh cinta pada alpha bermata monolid itu.
Seperti di kalimat awal, Soojin ikut dengan ayahnya agar berhenti memikirkan Soeun. Namun, kenyataannya berbanding terbalik dengan ekspektasinya selama di perjalanan.
Meeting yang ia kira hanya dengan perusahaan biasa, kemungkinan bertemu dengan Soeun pun pasti 0% itu runtuh.
Soojin kini menginjakan kakinya di lobi utama perusahaan milik Chaerin, mantan Soeun dulu. Bagaimana ia bisa yakin Soeun ada di sini? Mudah, gadis alpha itu ada di hadapannya sekarang, berdiri di samping Chaerin memegang sebuah ipad di tangannya.
Keduanya tentu saja terkejut bukan main dan berakhir tidak saling sapa ataupun lihat. Soojin menatap lantai dan Soeun menatap layar ipad di hadapannya.
“Senang sekali bertemu dengan Anda, Tuan Lee.”
Chaerin mengulurkan tangannya, berusaha berjabat tangan dengan ayah Soojin dan disambut hangat oleh beliau.
“Senang juga bertemu dengan direktur muda sepertimu,” balasnya sebelum menatap ke arah Soeun.
Merasa dirinya ditatap oleh alpha lain membuat Soeun mendongak menatap balik Tuan Lee dan siapa sangka, alpha berferomon mahogani tersebut tersenyum manis. Chaerin pun memutuskan untuk mengantar mereka ke ruang meeting karena yang lain sudah menunggu.
Di luar ruangan sebelum masuk, Chaerin berhenti dan berkata pada Soeun, “Kamu balik ke ruanganku bisa gak? Takutnya ada yang nelpon soal meeting berikutnya.”
“Ah, oke. Gapapa,” jawab Soeun dengan senyuman.
Soojin iri. Iri karena senyuman itu akhirnya Soeun berikan pada omega lain, pada omega yang dahulu memiliki hubungan dengannya.
“Nanti makan siang bareng, ya?”
Mendengar itu Soeun hanya bisa mengiyakan dan Soojin sekali lagi menahan dirinya. Ia harus mengingat perkataan Jaehee bahwa dirinya bukan siapa-siapa.
“Soojin ikut?” tanya sang Ayah. Tentu saja ia tidak mau berkeliaran di gedung perusahaan orang atau harus bersama Soeun di luar ruangan sampai meeting selesai.
Lagipula, sang Ayah menepati janjinya. Ia tidak akan melakukan hal aneh lagi ketika bertemu dengan Soeun jika Soojin mau ikut segala urusan perusahaannya. Alpha itu menepati janjinya dan untuk Soojin, itu sudah cukup.
“Ikut, ayo. Nanti yang lain nunggunya lama,” kata omega itu sambil berjalan masuk ke dalam ruangan, disusul oleh sang Ayah yang mengekor di belakang.
Chaerin? Ia menoleh pada Soeun yang kini diam menatap punggung Soojin yang perlahan menghilang dari pandangannya.
“Semoga meeting-nya lancar,” ujar Soeun dengan senyuman ketika dirasa Chaerin memperhatikannya.
Alpha itu pun melangkahkan kakinya pergi dari area sana dan menuju ruang asisten milik Chaerin, meninggalkan omega berferomon cherry blossom itu diam.
Setelah beberapa jam, meeting pun selesai, semua keluar dengan wajah sumringah yang rasanya mereka seperti berhasil menguasai dunia, kecuali Soojin tentu saja. Ia keluar ruangan dengan ekspresi wajah biasa saja, bahkan bisa dibilang tanpa ekspresi sama sekali.
Di luar, ia melihat Soeun langsung menghampiri Chaerin dan memberitahu beberapa meeting juga pertemuan berikutnya dengan pengusaha lain. Chaerin menganggukan kepalanya, mengerti.
Dalam perjalanan menuju lobi, sang Ayah tiba-tiba berjalan lebih cepat dan kini menyesuaikan langkah kaki dengan Chaerin, hendak membahas sesuatu yang penting. Hal itu membuat Soeun melambatkan langkahnya dan kini berjalan di samping Soojin.
Keduanya diam, memilih untuk mendengarkan percakapan dua direktur yang terdengar begitu penting.
Degup jantung Soojin berdetak kencang dari biasanya karena dirinya hendak mengatakan sesuatu pada alpha tersebut, hendak memanggil namanya ketika Soeun bersuara lebih dulu, “Tidak.” Membuat omega itu kembali diam dan melayang dalam pikirannya.
“Saya harap ini akan menjadi kemajuan yang besar bagi kita berdua,” ujar Tuan Lee sambil berjabat tangan dengan Chaerin.
“Tentu saja, Tuan Lee,” balas omega itu.
Dua insan bermarga Lee itu hendak melangkahkah kaki mereka pergi dari gedung tersebut tapi berhenti ketika Soeun memiliki pertanyaan yang membuat Soojin semakin mengutuk dirinya.
“Apa itu anak Anda? Apa dia akan menjadi penerus Lee Enterprise?”
Tuan Lee tentu saja heran mendengar pertanyaan itu, tentu ia tahu bahwa mereka berdua adalah teman sedari kecil tapi pertanyaan Soeun ini mengundang beribu pertanyaan pada dirinya.
“Iya, anak saya. Dan, ya, dia akan meneruskan perusahaan saya.”
“Namanya?”
Bunuh. Soojin. Sekarang.
“Lee Soojin.”
Soeun tersenyum ramah, senyuman yang biasanya Soojin artikan sebagai senyuman palsu.
“Semoga semuanya berjalan dengan baik, ya. Salam kenal, kak Soojin.”
Omega itu mengepalkan kedua tangannya, emosinya bercampur menjadi satu mendengar ucapan Soeun yang terakhir. Seakan menunjukan bahwa alpha berferomon angin laut itu tidak pernah mengenal dirinya seumur hidup dan ini adalah pertama kalinya mereka bertemu.