Angin Laut dan Kayu Bakar
slight kiss
Soojin menaruh ponselnya sembarang dan kini sedang menatap langit kamar milik alpha di sampingnya. Ia terlalu pusing dengan masalah yang terjadi, memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk membereskan semuanya sampai membuat omega bermarga Lee itu diam termenung selama beberapa menit.
Mengerang kesal karena semua ini adalah salahnya dari awal. Soojin bangkit dan menoleh menatap Soeun yang masih tertidur pulas. Punggungnya terekspos begitu saja dan ia bisa melihat dengan jelas bekas cakaran di sana.
Hening kembali menyelimuti ruangan tersebut tatkala Soojin hanya menatap punggung Soeun, sesekali mengelusnya lembut.
Entah dorongan dari mana Soojin mendekat, ia mencium beberapa kali area di sekitar punggung Soeun sambil menghirup feromon angin laut sang Alpha.
Pikirannya melayang ketika mereka masih berteman, bermain bersama hingga semuanya berubah disaat hasil tes Soeun keluar, menunjukan bahwa dirinya adalah seorang alpha. Saat Soojin memberitahu ayahnya bahwa Soeun adalah alpha, reaksi sang Ayah berbanding terbalik dengan ekspektasi omega kecil itu.
Soojin pikir ayahnya akan ikut senang mendengar berita tersebut tetapi kenyataannya tidak. Ayahnya diam selama beberapa detik sampai akhirnya tersenyum lalu mengelus kepala Soojin lembut dan setelahnya pergi keluar rumah tanpa mengatakan sepatah kata pun.
Semua diperparah dengan kejadian itu, kejadian yang bahkan Soojin tak mau ingat.
“Ssong..”
Tanpa sadar dirinya menangis, meneteskan beberapa air mata ke punggung sang Alpha, memanggil lirih nama panggilan Soeun sewaktu kecil.
Soojin bangkit, memutuskan untuk tidak mengganggu Soeun di waktu tidurnya yang berharga. Ia memakai celana dalamnya sampai akhirnya diam kembali karena kemeja putih miliknya tidak ada di lantai.
“Ke mana, ya?” batin Soojin. Selama lima belas detik ia mencari tak kunjung menemukan kemeja miliknya, Soojin memutuskan untuk mengambil dan memakai kemeja milik Soeun yang ada di lemari.
Oversized memang untuknya, tapi tak apa selagi masih bisa menutup tubuhnya. Toh, lagipula rencananya ia akan pulang besok pagi.
Soojin keluar dari kamar Soeun dan kini memutuskan untuk melihat sekeliling ruang tengah apartemen alpha tersebut. Semuanya tertata dengan rapih. Ia menatap ke arah jendela di sana dan memutuskan untuk menutupnya menggunakan gorden karena sudah malam.
Omega itu hendak pergi ke arah dapur, melihat apakah ada makanan di sana sampai sebuah bingkai foto yang terletak di meja dekat televisi menghentikan langkah kakinya.
Ia mengambil bingkai tersebut dan menatap foto yang ada di dalamnya; foto dirinya bersama Soeun sewaktu kecil di sebuah taman bermain. Soojin masih ingat tentu saja, saat itu mereka masih belum tahu akan menjadi apa; alpha atau omega, makanya semua berjalan baik-baik saja.
Soojin tersenyum melihat foto itu sampai sebuah suara mengagetkannya.
“Enggak pulang?”
Itu Soeun, berdiri di ambang pintu dengan kedua lengan tersilang di dada. Ia memakai celana pendek dan baju berwarna biru. Soojin menaruh bingkai foto tersebut di meja lalu menggelengkan kepalanya.
“Kenapa gak pulang? Rut gue udah selesai, begitu pun tugas lo. Pulang gih, dicariin tunangan tuh,” ujar Soeun. Ia berjalan menuju dapur, melewati Soojin yang berdiri diam di ruang tengah dekat sofa.
“Soeun, gue—”
“Pulang, Soojin. Enyahlah.”
Mendengar perkataan Soeun yang ternyata mirip dengan ucapannya sewaktu di restoran membuat Soojin marah. Ditambah dengan feromon Soeun yang berubah menjadi kayu bakar sekarang ini. Apakah Soeun membencinya sekarang? Setelah semalam ia berusaha dan berjanji akan memperbaiki semuanya?
Omega itu berjalan menghampiri Soeun yang sedang memakan sebuah anggur. Soojin mendorongnya hingga alpha tersebut kini berada di antara Soojin dan meja konter dapurnya.
Soeun bisa mencium feromon lavender Soojin yang menguat, menandakan omega itu sedang dipenuhi oleh perasaan marah, sedih, apa pun itu yang sedang ia rasakan.
“Gue mau beresin semua masalah yang ada! Gue mau stop denial tapi kenapa sekarang lo yang begini?!” geram sang Omega.
Soeun masih diam dan hanya menatap Soojin datar, tak ada ekspresi apa pun di wajahnya.
“Heesung tau kita heat partner, dia tau kalau gue masih sayang sama lo!”
Kini Soeun tersenyum remeh, ia hendak keluar dari kurungan omega di hadapannya tapi Soojin menahan tangan alpha itu di meja konter bersamaan dengan tangannya sendiri.
“Caranya? Emang lo tau cara beresin semua masalah ini?”
“Kita tetep stay jadi heat partner dulu, biar gue yang ngomong sama ayah. Biar gue yang benerin semuanya, biar gue yang.. yang—”
Oh, tidak. Soojin terlalu larut dalam emosinya, membuat ia tidak bisa berpikir jernih dan berbicara dengan benar. Jahat memang kalau Soeun sebenarnya hanya berpura-pura soal tingkahnya setelah bangun tadi.
“Soojin,” panggil Soeun dengan suaranya yang lirih. Omega itu mendongak perlahan dan yang ia dapatkan adalah ciuman di bibirnya.
“Mmh, nghh-ah.”
Soeun melepaskan ciuman dan memasukan satu buah anggur ke dalam mulut Soojin, membuat omega itu kebingungan dan malu setengah mati.
“Gue cuman bercanda, gue yakin lo mau beresin masalah yang ada kok,” ujar Soeun dengan senyumannya, hal itu membuat pipi Soojin memerah perlahan.
“Sini ikut,” titah sang Alpha yang kini berjalan menuju kamarnya. Soojin keheranan, menatap punggung alpha itu yang perlahan semakin menjauh.
“Ikut gak? Aku belum kasih aftercare loh, aku mandiin pake air anget, ya? Makan malemnya ntar pesen online aja.”
Dan disaat itu, Soojin jatuh cinta kesekian kalinya pada alpha bermata monolid tersebut.