Melangkah
slight nsfw
Soojin menaruh ponselnya kembali sesaat setelah mengirim pesan kepada sang Ayah. Omega itu kini mengalihkan pandangannya pada Soeun yang sedang menonton televisi, kanal yang ia lihat adalah kanal khusus kartun. Sangat fokus sampai tidak menyadari bahwa berita tentang hubungan mereka sudah dipublikasikan oleh media, mengundang banyak pro dan kontra.
Omega itu berjalan mendekat ke sofa lalu perlahan berbaring di sana dan paha Soeun sebagai bantalnya. Alpha itu tidak keberatan, mata monolidnya masih menatap lurus ke depan, memperlihatkan kartun Spongebob yang sedang tayang.
Soojin menatap Soeun dari bawah sana. Mata monolid tajamnya bak seekor rubah, rambut panjang dan hidung mancungnya. Tak lupa bibir yang selalu menggoda untuk Soojin sentuh setiap detiknya.
Perlahan tapi pasti, tangan Soojin bergerak mengelus garis rahang milik sang Alpha dengan lembut, membuatnya sedikit terperanjat lalu memutuskan untuk berhenti menatap televisi di hadapannya dan kini ikut menatap Soojin yang ada di bawahnya.
“Banyak yang kontra dan pada bilang aneh,” ujar Soojin. Tatapannya masih menatap sayu Soeun, tangannya masih terus mengelus lembut rahang sang Alpha.
Soeun tersenyum. Ia membalas elusan Soojin dengan cara menangkup pipi kirinya, “Aku tahu. Makanya aku gak buka hp, mereka bakal komentar jahat.”
Realisasi menghantam Soojin saat itu juga. Sudah berapa banyak rintangan yang mereka lewati untuk bersama sebagai seorang mate? Sudah berapa lama waktu mereka habiskan untuk berperang dengan keadaan? Sudah berapa lama Soojin tidak menatap Soeun sedekat dan seintim ini?
“Aku maafin ayah dan dia boleh dateng nanti. Gapapa, kan?”
“Gapapa, itu ayah kamu. Toh, kamu juga butuh wali, kan?”
Benar. Bagaimana pun juga Soojin butuh seseorang untuk mendampinginya nanti menuju altar.
Tangan Soojin gemetar, entah kenapa rasanya ia terlalu emosional perihal ini. Soal ayahnya, soal pernikahan, soal Park Soeun adalah mate-nya. Soojin berhenti mengelus Soeun, membuat alpha itu sedikit keheranan tetapi kemudian langsung mengecup dahi Soojin pelan.
Omega itu perlahan kembali tenang. Ia bisa merasakan bagaimana Soeun menyayangi dan mencintainya dengan tulus, seakan memberitahu dirinya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena pada akhirnya, Soeun akan terus memilih dirinya di antara ribuan omega di luar sana.
“Bersama?” bisik Soeun. Matanya menatap Soojin dengan penuh kasih sayang, membuat omega itu merasakan ratusan kupu-kupu berterbangan di perutnya.
“Bersama.”
Malam itu, Soojin memutuskan untuk melangkah pergi meninggalkan masa lalunya. Meninggalkan kenangan buruk yang selalu menghantui dan membuatnya takut seiring jarum jam berjalan.
Ia akan terus melangkah ke depan mulai detik ini, bersama Soeun, selamanya. Dan Soojin yakin, kenangan buruk itu akan pergi selama Soeun ada di sisinya.
“Ada satu akun yang keknya benci banget sama kamu,” ucap Soojin tiba-tiba.
Soeun berpikir sebentar, matanya mengelana ke sekeliling sudut kamar untuk mengingat akun yang mana. Karena jujur saja, ia banyak berinteraksi dengan sesama mutualnya di Twitter.
“Yang telur?” lanjut Soojin agar alpha itu berhenti berpikir dan langsung mengingatnya.
Mendengar itu Soeun pun tertawa kecil lalu kembali menatap Soojin, mengelus rambutnya lembut.
“Iya, emang. Kayaknya semenjak kejadian di resto itu, dia jadi salty banget sama aku. Emang suka gibah kali, ya?”
Tatapan Soojin berubah perlahan menjadi sendu ketika Soeun menyebutkan kejadian di restoran beberapa bulan sebelumnya. Kejadian dimana untuk kesekian kalinya Soojin membohongi dirinya sendiri dan membuat alpha bermata monolid itu kecewa juga patah hati. Seakan kehadirannya hanyalah angin lalu yang merusak kehidupan Soojin.
Tidak seperti itu kenyataannya. Soeun tidak pernah merusak kehidupan Soojin, tetapi dirinyalah yang merusak kehidupan alpha tersebut.
Soojin bangkit membuat Soeun sedikit terperanjat dan omega itu kemudian memeluk gadis di hadapannya dengan erat. Sangat erat sampai Soeun sendiri kesulitan untuk bernapas.
Alpha itu merasakan bahunya basah dan tersadar bahwa Soojin menangis dalam diam di pelukannya untuk kesekian kalinya. Tentu saja Soeun tahu apa yang omega itu tangisi sekarang karena sebelumnya ia menyebutkan kejadian di restoran.
Tangan kanannya bergerak mengelus rambut Soojin, turun ke area punggung dan berusaha menenangkan omega itu.
“Udah, gapapa. Lagian kejadiannya udah lewat, jangan nangis lagi dong,” bisik Soeun pelan. Alpha itu menenggelamkan wajahnya di leher sang Omega, menjilat tanda gigitan beberapa hari yang lalu dan hal tersebut membuat Soojin menggeliat, napasnya juga menjadi sedikit berat.
“Jangan nangis lagi, itu masa lalu. Sekarang, gimana kalau kita liat ke depan aja?”
Soojin berbisik pelan di telinga Soeun detik itu, mengatakan aku sayang kamu berkali-kali selayaknya mantra. Soojin juga menyangkal perkataannya sewaktu di restoran, ia bilang ia tidak mau Soeun enyah atau menjauh darinya lagi.
Merasa dengan perkataan saja tidak cukup untuk menghentikan Soojin, Soeun memaksa omega itu untuk menatapnya, menangkup kedua pipi gadis bermarga Lee tersebut.
“Sayang,” panggil Soeun. Tatapannya tajam menatap Soojin yang masih sedikit terisak dan omega itu sejujurnya takut jikalau alpha-nya marah karena ia tidak berhenti menangis.
“Kamu mau indoor atau outdoor, hm?”
Soojin terdiam mendengarnya. Kini di hadapannya ada Soeun yang tersenyum seperti biasa, membuat mata monolidnya seakan menghilang.
“Uh, outdoor lebih bagus kayaknya. Seger juga soalnya ruang terbuka,” jawab Soojin pelan.
Soeun tersenyum kemudian bertanya sekali lagi, “Mau tanggal berapa jadinya?”
Soojin mendekat, berbisik untuk menjawab pertanyaan Soeun. Alpha itu tertawa kecil mendengar jawabannya dan membalasnya dengan, “Oke, aku setuju.”
Omega itu tersenyum lalu mengecup bibir Soeun sekilas, membuat kedua pipi sang Alpha bersemu merah.
“Aku sayang kamu.”
Ah, Soojin dan kebiasaan barunya yaitu mengungkapkan rasa sayang sudah menjadi yang biasa saja sekarang. Awalnya Soeun malu dan salang tingkah tentunya ketika Soojin mengucapkan tiga kata tersebut, tetapi semakin ke sini, ia menjadi biasa saja. Namun, tentu saja Soeun tetap menyukainya dan tidak akan bosan untuk mendengar tiga kata itu keluar dari mulut Soojin kesekian kalinya lagi.
Omega itu mendekat, mengecup bibir Soeun sebelum akhirnya menjilatinya beberapa kali, seakan menggoda alpha tersebut. Ditambah dengan kedua tangan mungilnya yang mulai nakal mengelus tubuh Soeun dari dalam hoodie-nya.
“Kita kasih tau ke yang lain dulu gak sih soal tanggal pernikahannya?” tanya Soeun. Namun, omega di pangkuannya ini tidak peduli dan malah tersenyum nakal, mendekatkan bibirnya pada bibir Soeun, seakan mau menciumnya kembali.
“Kamu pilih aku atau tanggal pernikahan, Soeun?”
Kali ini Soojin yang bertanya. Matanya tidak pernah lepas menatap Soeun yang kini sudah jelas menatap bibir omeganya sedari tadi, tanpa berkedip dan sesekali menjilat bibir bawahnya.
Tangan kanan Soeun bergerak, mengelus paha mulus nan putih milik Soojin yang sedang memakai hotpants tersebut. Alpha itu mendekatkan wajahnya, berusaha mencium bibir sang Omega tetapi Soojin selalu mundur, menggoda alpha-nya lebih jauh.
Tangan kiri Soeun mulai bergerak, masuk ke dalam sweatshirt berwarna hijau muda yang serasi dengan hoodie miliknya.
Soojin menahan napasnya ketika tangan besar alpha-nya itu mulai mengelus tubuhnya dengan pelan, rasanya seperti memberikan sengatan listrik di sekujur tubuh Soojin.
“Fuck, Soeun..” umpatnya, merasa bahwa elusan tangan Soeun di tubuhnya, terutama perut dan punggung, membuat Soojin tidak bisa menahan nafsu birahinya lagi.
“Eits, ngomongnya.” Soeun mendekat dan langsung mencium bibir Soojin saat itu. Melumatnya sambil sesekali menggigit bibir bawah sang Omega, membuatnya mengerang dan hal itu digunakan sebagai kesempatan Soeun untuk melesakan lidahnya.
Malam itu, untuk kesekian kalinya Soojin bisa mendesahkan nama Park Soeun tanpa ada rasa takut sama sekali. Karena kali ini, di hadapannya adalah mate-nya sendiri. Tidak ada yang bisa mengganggu mereka lagi, tidak ada yang bisa memisahkan Soojin dari Soeun.
Dan di malam itu, Soeun bisa memperhatikan Soojin yang sedang tertidur nyenyak di samping sambil memeluknya erat. Pemandangan yang selalu ia idam-idamkan dari dulu.
Mendekat, Soeun mendekap omega itu lebih erat, mendengarkan suara deru napasnya yang begitu pelan dan degup jantung yang tenang.
Soeun mengecup dahi Soojin malam itu, berbisik pada sang Omega, “Selamat tidur, Park Soojin.”