Sandiwara
Sunyi adalah kata yang tepat untuk menggambarkan atmosfer di mobil Heesung saat ini. Bagaimana tidak, ayah Soojin hanya duduk diam dengan senyuman terukir di wajahnya sambil memerhatikan kedua insan di depannya yang kini sedang berpegangan tangan.
Soojin sendiri tentu saja tidak nyaman, begitu pun dengan Heesung. Akan tetapi, mengingat perkataan Jaehee sebelumnya bahwa untuk melakukan semuanya dengan berpura-pura, mereka tetap melakukannya. Terpaksa.
Entah mau dibawa ke mana, Soojin tidak tahu tujuan sebenarnya. Sang Alpha dengan feromon mahogani itu hanya membisikan tempat tujuan mereka pada Heesung dan tidak memberi tahunya sama sekali.
Curang. Soojin benci itu. Sang Ayah selalu menutupi sesuatu dari dirinya dan ia tidak suka.
Sampai ketika mobil berhenti dan terparkir di suatu tempat, Soojin sadar. Ayahnya membawa dirinya ke tempat di mana Soeun bekerja; restoran cepat saji yang biasanya sang Ayah selalu hindari dan memilih makan di restoran mewah.
Di dalam hati, Soojin berdoa agar Soeun sedang tidak bekerja hari ini, bukan jadwalnya agar tidak bertemu dengan sang Ayah dan membuka luka lama. Pintu restoran terbuka dan yang Soojin lakukan adalah mengecek seluruh sudut ruangan, memastikan Soeun tidak ada di sana.
“Hmm, sepertinya lagi gak rame. Bagus gak sih?” tanya Heesung, masuk kembali dalam peran sandiwaranya sebagai seorang Alpha yang mencintai Soojin.
“Betul juga, mari masuk dan kita pilih tempat duduk,” jawab Tuan Lee.
Soojin ingin semua ini berhenti detik itu juga tapi tentu saja, sebuah hal yang mustahil dan ada di luar kontrol sang Omega.
Mereka akhirnya duduk dan mulai memesan beberapa hidangan di sana. Soojin berkali-kali terlihat tidak tenang. Sesekali ia menoleh, menatap beberapa pengunjung dan pekerja di sana atau menggigit kuku jarinya.
Heesung menyadarinya tentu saja dan ia menyimpulkan bahwa Soojin merasa tidak nyaman.
“Soojin, mau ganti tempat aja?” tanya sang Alpha berferomon kopi itu.
Yang ditanya kembali menoleh, menatap Heesung dengan tatapan takutnya. Soojin hendak menjawab pertanyaan sang Alpha sampai ayahnya yang justru menjawab pertanyaan Heesung.
“Tidak usah, Heesung. Soojin yakin ia akan suka di tempat ini. Benar, bukan?”
Sang Ayah menatap tajam Soojin ketika melontarkan pertanyaan itu, Soojin juga merasakan feromon mahogani ayahnya yang kini lebih dominan, membuatnya hampir merengek.
“Oh, kenapa Anda yakin kalau Soojin bisa suka?” Heesung kembali bertanya agar Soojin merasa nyaman, ia juga kini memegang tangan kanan Soojin dengan tangan kirinya agar sang Omega berhenti ketakutan.
“Mudah, karena ini tempat kerja seseorang yang begitu spesial bagi Soojin, tapi orang itu malah membuat Soojin trauma. Ia melakukan hal yang buruk pada putriku.”
Jawaban kebohongan lainnya. Soojin muak, ia ingin segera keluar dari sini.
“Apa.. yang dilakukannya?”
“Hubungan mereka sangatlah toxic, alpha itu berkali-kali melakukan tindakan kasar pada Soojin. Sehingga saya harus turun tangan,” jawab Tuan Lee dengan senyuman.
Heesung bukanlah alpha yang mudah dibohongi. Ia tahu kapan Tuan Lee berbohong dan tidak. Lagipula Heesung juga tahu bahwa orang yang spesial ini pasti alpha perempuan yang Soojin maksud dua hari lalu.
Dan Heesung yakin orang itu bukanlah tipe yang kasar. Namun, hey, Heesung harus bersandiwara bukan?
Maka dari itu ia menarik kedua tangan Soojin dalam genggaman lalu menciumnya lembut. Kini netranya menatap Soojin, seakan mengatakan semua akan baik-baik saja.
“Syukur kalau Soojin bisa lepas dari orang seperti itu. Saya janji, saya akan menjaga anak Anda.”
Untuk kesekian kalinya, Soojin meminta untuk bunuh dirinya saja agar semua ini selesai.