Birthday Girl
Prompt: Soeun bilang, hari ini Soojin boleh lakuin apapun yang ia inginkan.
tags: fingering, praise kink, slight degradation if you squint, birthday sex.
Tepat pukul 12 malam, semua anggota masuk ke dalam kamar Soojin, menyanyikan lagu selamat ulang tahun kepadanya. Yang sedang berulang tahun hanya tertawa kecil melihatnya. Ia menaruh buku yang sebelumnya ia baca lalu memeluk semua anggotanya satu per satu.
“Terima kasih,” kata Soojin. Matanya terlihat sayu karena sebenarnya ia sudah mengantuk tetapi lebih memilih membaca buku sampai tengah malam.
“Kadonya nanti pagi ajalah, ya? Ngantuk banget,” ujar Jimin sambil menaruh dagunya di pundak Hyewon.
Soojin tersenyum mendengar perkataan Jimin dan ia setuju saja. Lagipula ini sudah malam, sudah waktunya mereka tidur karena besok ada jadwal untuk latihan. Soojin kemudian menyuruh mereka kembali ke kamar masing-masing, menyisakan dirinya dan Soeun yang belum beranjak dari sana.
“Gak balik ke kamar? Nanti Hyewon sama Jihyo nungguin,” ujar Soojin yang telah kembali berbaring di kasurnya.
Soeun hanya diam, menatap pintu kamar leader-nya tersebut lalu Soojin secara bergantian.
“Kenapa?” tanyanya dan Soeun hanya menggeleng.
Ia menundukkan wajah sambil memainkan jemarinya, malu untuk mengungkapkan sesuatu di hadapan Soojin.
“Uhm, aku tau kamu gak suka dicium, tapi.. boleh gak aku cium? Sekali aja..” katanya dengan suara yang lirih.
Soojin mengerjapkan matanya berkali-kali. Tidak percaya dengan apa yang ia dengar barusan. Memang benar apa yang dikatakan Soeun, ia tidak suka dicium bahkan ciuman pipi pun ia tidak suka. Setiap kali beberapa anggotanya—biasanya Hyewon karena dia iseng—berusaha menciumnya, ia akan berusaha menjauh atau menghentikan apa yang mereka lakukan. Namun, kali ini, mendengar Soeun meminta persetujuan dirinya, ia rasa tak masalah.
“Boleh,” jawab Soojin dengan senyumannya. Soeun yang melihat itu pipinya langsung berubah merah, ini berarti pertama kalinya bagi gadis itu menerima ciuman dari anggotanya.
Soeun menghampiri Soojin, ia membungkukan sedikit badannya dan memejamkan mata, mendekat ke wajah yang lebih tua. Terlalu cepat. Soojin bahkan tidak tahu kapan gadis di hadapannya ini mencium pipinya, tapi hal itu berlalu begitu cepat. Ditatapnya iris mata berwarna cokelat itu, tatapan Soeun seperti mengartikan sesuatu yang lain tetapi Soojin tidak mengerti.
Jari Soeun bergerak mengelus pipi kiri Soojin dengan lembut. Tak lupa, ia juga melemparkan senyuman manis kepada orang yang sedang berulang tahun itu.
“Terima kasih, aku sayang kamu.”
Soojin tidak munafik. Ia suka mendengar perkataan itu keluar dari mulut Soeun sehingga ia mendekat, mencium pipi Soeun dengan inisiatifnya sendiri yang membuat gadis bermarga Park itu terkejut bukan main. Soojin dengan cepat menarik selimutnya, berbaring menghadap tembok kamar.
“Tidur, Soeun. Besok harus latihan,” ujarnya.
Soeun tersenyum, “Baiklah. Selamat malam dan selamat ulang tahun, Soojin unnie!” Ia pun berjalan santai melangkahkan kakinya keluar dari kamar Soojin dan mematikan lampu kamar tersebut.
Di sisi lain, pipi Soojin memerah. Ia malu dengan dirinya sendiri karena telah mencium pipi Soeun tanpa seizinnya. “Park Soeun sialan!”
Siangnya, Soojin mendapat kiriman hadiah dari orang tua dan teman-temannya yang lain. Para staff juga mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Ia hanya bisa tersenyum dan membalasnya dengan terima kasih. Yang lain sedang bersiap untuk pergi ke gedung agensi mereka untuk latihan, sedangkan Jimin dan Soeun hanya diam memerhatikan Soojin yang sedang merapihkan beberapa hadiahnya di ruang tengah.
“Ngasih kado apa?” tanya Jimin memecah keheningan di antara mereka berdua.
“Gak tau, gak kepikiran,” jawab Soeun sambil menutup wajah dengan kedua tangannya. Mendengar jawaban sahabatnya itu, Jimin menoleh dan menatap Soeun dengan tatapan tak percaya.
“Hah? Gue kira lo udah ngasih kado?”
Soeun menggeleng, tertawa kecil, “Enggak? Gue gak kepikiran, jujur aja.”
“Kalau gitu kasih sesuatu yang lain,” kata Jimin sambil beranjak dari sofa, melangkah menuju dapur.
“Kayak apa?” tanya Soeun sambil berteriak. Jimin mengangkat kedua bahunya, ia sendiri juga tidak tahu apa, semuanya tergantung pada Soeun.
Soeun hanya menghela napasnya. Ia kemudian beranjak dari sofa dan bersiap untuk masuk ke dalam mobil menuju gedung agensinya.
Sesampainya di sana, semua anggota langsung menuju ruang latihan, meninggalkan Soojin dan Soeun di suatu ruangan bersama dengan para staff lainnya. Ya, sebelum memulai latihan, Soojin akan melakukan live di hari ulang tahunnya ini. Dengan dua kue di hadapannya, ia menyantap buah bersama Soeun sekarang.
“Makasih kuenya,” ujar Soojin memecahkan keheningan di antara mereka.
“Bilang ke Daileee kalau aku yang beliin.”
Mendengar itu Soojin tertawa kecil, memukul lengan yang lebih muda dengan pelan dan bercanda. Setelah menghabiskan beberapa menit, Soeun akhirnya pamit pada Soojin untuk menuju ruang latihan lebih dulu. Soojin pun mengiyakan, ia juga akan memulai live-nya sebentar lagi.
Malamnya, setelah mereka selesai latihan, entah kenapa Soeun memakai piyama di kamar Soojin. Sang empunya hanya menatapnya heran tapi ia tidak protes sama sekali. Soojin juga ikut berganti pakaian kemudian, menjadi piyama berwarna pink favoritnya.
“Hey,” panggil Soeun tiba-tiba. Soojin yang sedang merapihkan kasurnya untuk bersiap tidur pun menoleh, ingin menjawab panggilan gadis yang lebih muda itu. Namun, sebelum Soojin berhasil menjawab panggilan Soeun, gadis bermarga Park itu mendekat mengecup pipinya.
Pipi Soojin kembali memerah, ia hanya diam mematung menatap Soeun di hadapannya yang kini menatapnya dengan tatapan sayu.
“Kamu bilang tadi di live, kalau kamu pikir hari ulang tahun tuh artinya bisa ngelakuin apapun, kan?” tanya Soeun. Ibu jarinya mengelus lembut pipi Soojin lalu kemudian berpindah ke bibir bawah gadis tersebut.
Degup jantung Soojin berdetak kencang. Ia juga merasakan desiran darahnya juga semakin cepat bergerak. Ia tidak berani menatap Soeun kali ini, entah kenapa.
Soeun tersenyum. Ia semakin mendekat, menempelkan tubuhnya dengan tubuh Soojin, bibirnya hanya berjarak beberapa senti saja dari bibir Soojin, mengakibatkan Soojin bisa merasakan hembusan napas dari Soeun.
“You can do whatever you want today. Just ask me, I'll do it for you.”
Ingin rasanya Soojin meleleh menjadi air ketika mendengar suara Soeun yang turun beberapa oktaf. Kedua tangannya refleks menggenggam baju piyama Soeun di bagian pinggang, meremasnya.
“Kiss me,” titah Soojin. Wajahnya ia tundukkan karena sebenarnya malu untuk meminta hal tersebut. Ia mengaku bahwa ia tidak suka dicium, tetapi semenjak Soeun mencium pipinya, bisa dibilang.. ia jadi suka.
“As you wish, Princess.”
Oh, astaga. Mendengar Soeun memanggilnya dengan panggilan seperti itu membuatnya gila. Tidak, tidak. Soeun diam saja bisa membuatnya gila. Soojin yakin ia bisa saja mati saat itu juga ketika mendengar panggilan Soeun untuknya.
Soeun mencium bibir Soojin setelah diberikan perintah. Kedua tangannya bergerak berpindah posisi, kini menaruhnya di kedua sisi wajah Soojin. Soeun juga perlahan berjalan maju, membuat gadis di hadapannya berjalan mundur dan jatuh terbaring di atas kasurnya. Soojin memejamkan matanya ketika ia merasakan lidah Soeun masuk ke dalam mulutnya, menari di sana dan saling bertukar saliva. Soeun melepaskan ciumannya, tersenyum melihat Soojin yang terengah karena kehabisan oksigen.
“Apa lagi?” tanya Soeun. Kedua tangannya kembali bergerak, mengelus tubuh mungil Soojin yang masih tertutup dengan piyamanya tersebut.
“My neck and then my collarbone,” kata Soojin dengan suara yang lirih.
Lagi-lagi Soeun menurut saja. Ia melanjutkan ciumannya dan kini melakukannya di leher juga tulang selangka sang leader. Tangan kanan Soojin refleks memegang kepala Soeun, mencengkram beberapa helai rambutnya yang sudah berwarna cokelat itu ketika yang lebih muda menjilat dan menghisap area sensitif di lehernya.
“Hng, Soeun..” erangan Soojin keluar dan Soeun tersenyum mendengarnya. Ciumannya kini turun ke tulang selangka, menjilatnya untuk beberapa detik lalu setelahnya menggigit area tersebut, mendapatkan erangan kesakitan dari Soojin.
“Can I take off your pyjamas?”
Soojin hanya menganggukan kepalanya mendengar pertanyaan Soeun. Otaknya sudah tidak bisa berpikir secara rasional, yang ia inginkan sekarang hanyalah Park Soeun seorang. Ia ingin Soeun menghancurkannya malam ini.
“Pretty,” ujar Soeun setelah melepas kancing dan menyibakkan piyama Soojin, membuat tubuhnya yang berkulit putih itu terekspos.
Soojin mengernyitkan dahinya, “Sejak kapan Soeun melepas kancing piyamaku?” begitulah pikirnya.
Soeun kemudian mendekat, mengecup area perut Soojin yang mulai membentuk otot akibat dari latihan yang ia jalani selama ini. Kedua tangannya kembali bergerak mengelus seluruh tubuh Soojin, tanpa terkecuali.
“Pretty, you're so pretty today. I can praise you every seconds,” ujar Soeun.
Mendengarnya membuat pipi Soojin semakin merah. Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan, tak berani menatap Soeun yang ada di atasnya kali ini. Soeun tertawa kecil melihatnya. Ia kemudian menyingkirkan tangan gadis bermarga Lee itu, membuat wajahnya terlihat kembali.
“Don't hide it, I can't see your pretty face if you do that. Look at me, okay?” Soeun mendekat lalu mengecup bibir Soojin dengan cepat.
“Soeun..” panggil Soojin. Yang dipanggil hanya mengangkat alisnya, masih menatap gadis yang lebih tua di hadapannya.
“Please, please...” lirih Soojin. Kedua tangannya mencengkram erat baju piyama Soeun, berusaha mendekatkan dirinya dengan yang lebih muda.
“Ask nicely, Princess,” kata Soeun yang kini sedang mengelus pipi Soojin lembut.
“Please, fuck me.”
Soeun diam untuk beberapa saat ketika mendengarnya. Tidak menyangka Soojin akan sefrontal itu, tapi hal tersebut membuatnya antusias.
“You better watch your mouth. You're such a naughty princess,”
“Park.. Soeun...”
Soeun tersenyum, lagi. Ia mendekat dan mencium bibir Soojin dengan kasar, melumatnya. Membuat Soojin kewalahan sendiri. Tangan kanannya bergerak turun, masuk melalui celana dalam dan piyama yang masih dikenakan oleh Soojin lalu setelah itu mengelus area kewanitaan Soojin yang ternyata sudah sangat basah.
Soojin mengerang sambil mengangkat pinggulnya ketika dua jari Soeun yang panjang melesak masuk. Ia sudah sering melakukannya, tetapi ketika jari Soeun yang masuk, entah kenapa ia butuh beberapa waktu untuk meredakan rasa sakitnya. Mungkin karena jari-jemari Soeun lebih panjang dibanding dirinya.
“Hm, my pretty little princess,” bisik Soeun di telinga Soojin.
“Hngg, ahh.. Soeun, Soeun..”
Soeun tersenyum simpul, ia menggerakan jarinya dengan tempo lambat di bawah sana, “Keep moaning my name like that.”
Soojin pun mengabulkan permintaan Soeun. Ia mendesahkan dan mengerangkan nama yang lebih muda ketika tempo gerakan jari Soeun berubah menjadi sedang. Bagi Soeun, suara Soojin saat mendesahkan namanya lebih indah dari apapun, bagaikan alunan melodi yang bisa membuat Soeun tersihir untuk melakukan apapun yang Soojin minta.
“Soeun..” lenguh Soojin ketika ia merasakan dirinya akan klimaks.
Tahu akan hal tersebut, Soeun semakin mempercepat tempo permainannya, membuat Soojin mengangkat pinggulnya dan semakin mendesah kencang. Astaga, untung saja ia meminta bantuan Jimin untuk membawa yang lain pergi keluar. Jika tidak, mungkin Jaehee, Jihyo, dan Hyewon bisa mendengarnya dari kamar mereka.
“Cum for me, Princess. Cum for Soeun,” bisiknya. Tepat setelah itu, Soojin mendesah kencang, memanggil nama Soeun sambil mengeluarkan pelepasannya.
Soeun tersenyum. Ia terus menggerakan jarinya di bawah sana sampai Soojin berhenti mengeluarkan cairannya. Kemudian, setelah itu ia mengeluarkan jarinya yang kini dipenuhi dengan cairan milik Soojin. Soeun hendak membersihkannya dengan tisu tetapi sebelum ia mengambil tisu, Soojin beranjak dari posisi tidurnya lalu menarik jemari Soeun ke dalam mulutnya. Mengulum dan menjilat kedua jari itu sampai bersih.
Soeun yang melihat pemandangan erotis tersebut hanya bisa diam dengan jantungnya yang berdegup kencang.
“Am I a good princess?” tanya Soojin ketika sudah selesai membersihkan jari Soeun. Ia menanyakan hal tersebut dengan tatapan sayunya.
“Yes, you are. My good little princess, happy birthday,” jawab Soeun. Ia tersenyum sambil mengecup pipi Soojin dua kali, di kiri dan kanan.
Soojin hanya tersenyum. Ia memeluk Soeun erat setelah itu, duduk di pangkuannya. Soeun hanya bisa diam sambil mengelus punggung Soojin lembut.