Above You.
Prompt: Soojin bilang kalau dia mau di atas malam ini.
tags: riding, fingers sucking, slight praise kink, omega soojin, alpha gp soeun.
Soeun memakirkan mobilnya di basement apartemen. Ia keluar dari sana dan menuju kamarnya dengan sangat terburu-buru, bahkan orang yang berjalan melewatinya memasang raut wajah kebingungan saat melihat Soeun. Wajar jika gadis bermarga Park itu berlari menuju kamarnya, ia tak sabar untuk menemui Soojin, kekasihnya, Omeganya.
Selama hidupnya menjalani hubungan dengan Omega tersebut, Soeun tidak pernah melihat Soojin begitu percaya diri untuk berada di atasnya, mengambil kontrol saat melakukan aktivitas seksual. Ini adalah hal pertama kalinya bagi Soeun dan entah kenapa setiap kali memikirkannya, ia antusias. Tidak sabar melihat Soojin di atasnya, mengambil kontrol tempo permainan sambil mendesahkan nama sang Alpha.
Brengsek. Memikirkannya saja sudah membuat Soeun panas. Ia kemudian masuk ke dalam lift, menekan tombol bertuliskan angka 27 di lantai kamar apartemennya berada. Selama di dalam lift, Soeun menatap refleksi dirinya di arah kiri. Jas yang berantakan, bahkan dasinya melonggar juga rambut yang sudah tidak rapih.
Jika begini, terpampang jelas bahwa gadis bermarga Park sudah tak bisa menahan lebih lama lagi. She wants to devour her Omega.
Setelah sampai, Soeun langsung membuka pintu kamar apartemennya. Melepas sepatu dan berjalan ke ruang tengah yang di mana ruangan tersebut sangatlah gelap, sepi, seperti tidak ada orang di sana. Soeun juga tidak mencium feromon lavender dan kamomil milik Soojin.
Panik seketika menjalar di seluruh tubuhnya. Soeun mengecek ke seluruh ruangan dan hasilnya nihil, Soojin tidak ada di sana sama sekali. Ia pun melangkah masuk ke kamar, satu-satunya ruangan yang belum ia periksa. Dan ketika Soeun masuk beberapa langkah dari pintu, benda tersebut langsung menutup. Terdengar juga suara kunci yang diputar.
Soeun menoleh ke belakang dan belum sempat otaknya memproses apa yang terjadi, ia didorong oleh Soojin sampai duduk di pinggir ranjang miliknya. Soeun menahan napas ketika melihat penampilan Omega di hadapannya saat ini.
Dengan lampu kamar yang remang, Soeun masih bisa melihat gadisnya tersebut memakai kemeja putih dan rok pendek berwarna hitam dipadukan dengan dua garis putih di bawahnya bersama stocking net yang ada di kaki kirinya.
Soeun menelan salivanya. Ia tidak bisa berpikir jernih sekarang ditambah dengan Soojin yang kini sedang mencium lehernya, meninggalkan tanda kemerahan di sana.
Kedua tangan Soeun bergerak hendak memegang pinggang kecil Soojin, tetapi gadis bermarga Lee itu menampisnya. Menatap tajam Soeun setelah selesai dengan aktivitas mencium leher jenjang sang Alpha.
“No touching,” kata Soojin dengan suara seduktifnya.
Soeun rasanya ingin marah. Kenapa? Karena ia tidak suka ketika Soojin lebih mendominasi saat mereka melakukan hubungan seksual. Tidak suka ketika ia diperintah oleh Omeganya. Namun, apa boleh buat. Soeun menahan amarahnya saat itu dan membiarkan Soojin memimpin kali ini, hanya sekali saja tidak masalah.
“Okay, no touching. I'll be a good Alpha for you,” timpal Soeun dengan senyuman manisnya. Kedua pipi Soojin merona merah melihatnya. Setiap detiknya, ia dibuat jatuh cinta secara terus-menerus oleh sang Alpha.
Soojin kembali mendekat, mencium bibir mungil Alpha-nya tersebut. Menyalurkan seluruh rasa cinta yang ia miliki, rasa sayang yang ia tidak bisa ungkapkan dengan kata-kata. Perlahan ciuman tersebut berubah menjadi lumatan kasar, Soeun ingin mengubah tempo permainannya tetapi Soojin berkata lain.
Gadis Omega itu menjauh, tersenyum menatap sang Alpha sambil mengelus bibir kekasihnya dengan ibu jari, membuat Soeun kembali diam menatap Soojin dengan tatapan sayunya.
Tangan kiri Soojin turun ke bawah. Mengelus dada dan perut yang tertutup jas kantor milik Soeun sampai akhirnya berhenti di ikat pinggang sang Alpha. Menariknya sedikit seperti sedang mengisyaratkan bahwa ia ingin membukanya.
Soeun tersenyum. Disaat seperti ini, Omega-nya itu masih meminta persetujuan dirinya.
“Silakan, aku tidak masalah,” jawabnya.
Tidak butuh waktu lama, Soojin segera melepaskan ikat pinggang itu dari celana kantor Soeun. Setelahnya Soojin memegang resleting celana sang Alpha, tetapi ia tidak segera menurunkannya melainkan menatap lagi kepada Alpha-nya yang kini menutup mulutnya.
Soeun mengangguk setelah melihat tatapan mata Soojin dan setelah itu, sang Omega menurunkan resleting sekaligus celana kantor Soeun sampai ke lutut.
Sejujurnya Soeun tidak mau melihat, makanya setelah memberikan izin pada Soojin, ia hanya bisa menatap bantal berwarna biru dongker di sebelahnya. Ia tidak mau melihat apa yang terjadi di depannya karena takut itu akan membuat ia tidak bisa menahan nafsu birahinya.
“Ahh! Soojin, tunggu!” erang Soeun ketika ia merasakan sesuatu yang hangat menyentuh penisnya. Sedangkan di sisi lain, Soojin hanya bisa tersenyum nakal ketika ia berusaha melesakan penis sang Alpha ke dalam liang senggamanya.
Keduanya mengerang secara bersamaan ketika milik Soeun sudah berada di dalam sana.
“Diam, diam dulu..” lirih Soeun. Suaranya gemetar, menandakan bahwa ia sedang menyesuaikan diri dengan keadaan. Namun, bukan Soojin namanya jika ia tidak jahil.
Dengan sengaja, gadis Omega itu menggerakan tubuhnya. Mengangkatnya perlahan lalu turun setelahnya, mengakibatkan Soeun mendesah. Tangannya refleks mencengkram pinggang Soojin, menagan sang Omega untuk tidak bergerak lagi.
“Curang. Bahkan kamu gak pake celana dalam,” ujar Soeun. Yang diprotes hanya tersenyum, mengalungkan kedua lengannya di leher sang Alpha dan setelah itu kembali menggerakan tubuhnya. Ah, tidak. Lebih tepatnya pinggulnya.
“Fuck.”
Soeun mengumpat ketika tempo lambat yang dibuat oleh Soojin berhasil membuatnya tersiksa. Ketika mereka melakukan hubungan intim, ia tidak pernah melakukannya dengan tempo lambat, tidak pernah. Soeun selalu melakukannya dengan tempo sedang atau pun cepat sehingga Soojin menikmati permainannya. Namun, kali ini sudah sangat jelas bahwa gadis itu ingin menyiksanya, menggodanya lebih jauh.
“Hnghh, Soojin..” lenguh Soeun. Ia sudah tidak bisa berpikir jernih saat ini. Pikirannya melayang entah ke mana karena rangsangan yang dibuat oleh Soojin di bawah sana. Persetan jika tetangga mereka mendengar desahannya, ia ingin mendesah kencang, memberi tahu kepada semua orang bahwa Omega-nya sangat lihai dalam memuaskannya.
Soojin menarik Soeun untuk mendekat, memeluk Alpha-nya dengan erat sambil terus menaik-turunkan pinggulnya. Entah ini hanya imajinasi Soeun atau apa, tetapi ia merasa bahwa temponya semakin lama semakin cepat. Ia juga merasakan Soojin menjilat juga mengecup telinga dan lehernya secara bergantian. Kedua tangan Soeun semakin erat mencengkram pinggang Soojin, membuat kulit sang Omega sedikit memerah karena kuku tajamnya.
“Sshh, fuck. God, this is so good,” kata Soeun sambil merebahkan dirinya di atas ranjang. Ia sudah tidak bisa menopang dirinya lagi. Ia hanya ingin menikmati permainan yang dilakukan oleh Soojin, membiarkan sang Omega berbuat semaunya.
Di sisi lain, Soojin kini menggunakan kedua tangannya sebagai tumpuan. Ia menyimpannya tepat di samping kanan dan kiri kepala Soeun, membuatnya bisa melihat dengan jelas bahwa Alpha-nya di bawah ini sedang berada di Surga. Lihat saja bagaimana kedua mata monolidnya terpejam, mulut terbuka sambil mendesahkan nama Soojin berkali-kali, memanggilnya layaknya sebuah mantra.
Melihat Soeun yang seperti itu membuat Soojin semakin mempercepat tempo gerakannya. Ruang kamar dengan pencahayaan remang tersebut kini hanya dipenuhi dengan suara penuh dosa. Erangan dan desahan kencang tiap detiknya dipadukan dengan suara kecipak basah yang dihasilkan oleh gerakan pinggul Soojin.
Soeun membuka matanya, berusaha menatap Omega di atasnya yang kini membuka mulutnya, mengeluarkan desahan-desahan kecil setiap kali pinggulnya turun mengakibatkan penis sang Alpha menyentuh titik sensitifnya di dalam sana.
Kedua tangan Soeun kini bergerak kembali, menyibakkan rok pendek yang Soojin pakai agar tidak menutup permukaan paha mulus milik sang Omega. Jari-jemari Soeun pun bergerak mengelusnya dengan pelan, membuat rangsangan baru di area paha gadis bermarga Lee tersebut, membuatnya semakin mendesah tak karuan.
“Enak?” tanya Soeun. Tangan kirinya masih saja mengelus paha kanan Soojin, sedangkan tangan kanannya berhenti dan berpindah ke bibir sang Omega yang saliva mengalir dari ujungnya. Soeun mengelus bibir bawahnya dengan ibu jari yang lama-kelamaan Soojin kulum ke dalam mulutnya.
Terkejut bukan main ketika sang Omega mengulum ibu jari sambil menatap dirinya dengan tatapan seduktif. Jika begini caranya, Soeun tidak bisa menahan lebih lama lagi.
“Hnghh, enakk.. Soeun ahh, enakk..” racau Soojin. Tempo gerakannya semakin cepat dan Soeun tahu bahwa gadis itu sedang mengejar klimaksnya, sama seperti dirinya sekarang ini.
Ia mendekat ke wajah Soojin, mencium gadis itu dengan lumatan penuh nafsu sampai akhirnya mereka berdua klimaks secara bersamaan. Desahan panjang yang seharusnya dikeluarkan tertahan karena ciuman yang mereka lakukan.
“Hmm, you doing great. Should I praise you because you riding me so well?” tanya Soeun setelah melepaskan ciumannya. Ia menatap penuh kasih sayang gadis Omega-nya tersebut, mengelus pipinya dengan jemari panjangnya.
“Praise me,” jawab Soojin sambil menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang Alpha.
Soeun tersenyum mendengarnya. Ia kemudian mendekat ke telinga Soojin dan membisikan beberapa kalimat padanya.
“Such a good girl for me, riding me so well. A good girl deserves a reward. Do you want your reward, Soojin?”
Soojin menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
“Well, lay down for me, baby. I want to see properly what's mine.”